22 Februari 2009

This Stone...

Seorang teman pernah mengibaratkan diri saia seperti batu. Keras, tidak sensitif, terlalu cuek. Ah, kadang-kadang saia pikir dia cuma sok tahu dengan diri saia. tapi saia tidak bisa lari dari kata "cuek". Mungkin saia tidak sepenuhnya cuek. Mungkin hanya hal-hal yang bagi saia tidaklah begitu penting untuk dipermasalahkan apalagi dipikirkan.
Apapun itu, saia tahu saia harus berterimakasih kepada teman saia. Karena dia membuat saia menelaah kembali diri saia.Mungkin saja saia memang kurang sensitif dengan orang-orang di sekeliling saia. huhuhu....

Minggu sore kemarin..
Saia baru saja melihat foto-foto di laptop teman saia ketika tiba-tiba seorang bapak menghampiri dan menyapa saia. Sementara dibelakangnya berdiri seorang pria muda berusia sekitar 25-an. Pria muda itu memakai kemeja putih dan wajahnya tampak sangat gelisah. Bapak yang tadi menyapa saia kemudian menyatakan maksudnya.
" A biasa,Mbak. Dua kantong".
Saya tersenyum.Bapak dan pria muda ini mencari donor darah hidup untuk seorang balita bernama Aditya yang tak lain adalah anak pertama pria muda tersebut.
Saya kemudian mempersilakan mereka duduk di bangku panjang sembari mengisi lembar formulir kecil.
"Sudah nyari di PMI cabang,pak?" saia bertanya sembari mencoba menghubungi beberapa nomor teman saya bergolongan darah A yang sudah biasa menjadi pendonor baik sukarela maupun pengganti.
Pria muda itu hanya mengangguk. kemudian berujar "saya sudah mencari juga di UTD propinsi.Tapi stoknya habis.makanya mereka suruh saya cari disini.Mudah-mudahan ada"suaranya terdengar sangat berharap.
saia kemudian berkata bahwa saia dan teman-teman akan berusaha semampu kami untuk mencarikan. Saia sadar tidak boleh terlalu memberikan harapan kepada mereka. kejadian seperti ini bukanlah sesuatu yang baru bagi saia dan teman-teman. tetapi,entah kenapa setiap mendapati kejadian seperti ini,saia seperti tidak tega untuk melakukannya setengah-setengah (bukankah semua hal memang harus dilakukan dengan upaya maksimal??).
Tidak berapa lama,saia kemudian meminta agar bapak dan pria muda tersebut menunggu di UTD tempat donor nanti. Mereka kemudian pamit dan segera menuju ke UTD yang hanya berjarak 5 menit dari kampus.
Seorang teman kampus saia akhirnya bersedia mendonor.tapi karena dia tidak mengetahui tempatnya maka saia pun bersedia untuk menemani dia ke tempat donor. Sementara yang satunya lagi adalah senior di UKM teman saia.
Menjelang magrib kami tiba di UTD propinsi. Pria muda tadi duduk di dalam.Sendirian. kemana ya Bapak paruh baya yang tadi bersamanya? saia hanya bertanya dalam hati.
Sesampainya di dalam, saia menyapa pria muda tersebut. Wajahnya masih sekeruh tadi meskipun sudah ada sedikit senyum yang tersungging disitu. Mungkin sedikit dipaksakan.

.........to be continue..........

1 komentar:

  1. kalau ada bakat ntuk menulis dek tingkatkan walaupun itu untuk konsumsi lo ndiri......

    BalasHapus