25 Februari 2009

This StoNe....... (Part 2)

Menjelang magrib kami tiba di UTD propinsi. Lelaki muda tadi duduk di dalam.Sendirian. kemana ya Bapak paruh baya yang tadi bersamanya? saia hanya bertanya dalam hati.
Sesampainya di dalam, saia menyapa lelaki muda tersebut. Wajahnya masih sekeruh tadi meskipun sudah ada sedikit senyum yang tersungging disitu. Mungkin sedikit dipaksakan.
Saia menyapanya sembari tersenyum. Kemudian setelah berbasa-basi memperkenalkan dua orang yang turut serta di belakang, saia lalu menuju ke ruang tempat donor di depan ruang tunggu.
Seorang wanita paruh baya berkacamata dan berjilbab coklat menyapa kami dengan ramah. Tak lama kemudian, dua orang yang ikut bersama saia mengisi selembar kertas (baca: formulir). Selanjutnya adalah proses pemeriksaan Hb, Tekanan darah dan pengambilan sampel darah keduanya untuk dicocokkan dengan sampel darah pasien.
Lepas Maghrib, kedua orang tersebut dipanggil ke ruangan donor. Alhamdulillah, saia bergumam dalam hati. Untuk mengisi sunyi di ruang tunggu, saia kemudian membuka percakapan dengan lelaki muda di samping saia yang tidak lain adalah ayah dari pasien.
"Operasi Ginjal.Sejenis tumor ganas sedang bersarang di ginjalnya. Dan tidak ada pilihan lain kecuali mengangkat salah satu ginjalnya. Tuhan.. dia bahkan masih berumur satu tahun.." Lelaki muda itu terlihat tegar dalam kata-katanya. Saia terdiam mendengar ceritanya.
Alangkah jauhnya dia dan istrinya menempuh jarak dari kampung halaman mereka demi segenggam harapan akan keajaiban untuk anak pertama mereka. Hidup kadang-kadang ironis, saia membatin.
Lelaki muda itu masih bercerita tentang kebingungannya terhadap keputusan para dokter yang memiliki pandangan berbeda akan operasi besok. Sekilas saia menangkap nada putus asa dan kecewa dari tiap kata-katanya. Tentang suasana Rumah sakit,pelayanan dokter dan perawat,biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien Umum, Operasi yang selalu tertunda, dua minggu tanpa kepastian... uff!
Ah, Selamat datang di dunia kesehatan! Bukankah sudah jelas kalau statement orang miskin dilarang sakit? Sungguh lucu jika harga sebuah nyawa ternyata tak lebih mahal dari biaya rawat inap semalam ruang VIP.
Lelaki muda itu masih terus bercerita. Tentang keyakinannya bahwa anaknya pasti akan kembali ke rumah mereka dengan senyum seorang bayi satu tahun. Bukan tangis yang selama ini begitu meresahkan dia dan istrinya.
Sesekali saia menimpali percakapan kami dengan obrolan yang serius namun berusaha agar dia tidak bertambah sedih. Karena yang terjadi sebenarnya adalah justru saia yang merasa sedih dengan ceritanya. Sungguh dia dan istrinya telah berusaha menjadi orang tua yang terbaik bagi anak mereka.
Setengah jam pun berlalu. Teman saia dan pria yang satunya telah keluar dari ruangan donor. Saia melirik si lelaki muda. Dia tersenyum. Saia bisa melihat ada harapan di matanya.
"Terima kasih" Ucapan itu terdengar begitu tulus dari bibir lelaki muda tersebut. Dia pun mengucapkan hal yang sama pada teman saia dan pria yang satunya. Kami sama-sama tersenyum sembari memberinya doa dan semangat bahwa kami hanya bisa berupaya menolong semampu kami dan semoga Tuhan punya rencana baik di balik ini semua.
Lelaki muda itu mengantar kami sampai ke pintu. Ada senyum,doa dan harapan yang kami tinggalkan disana.
Dalam perjalanan pulang menuju kampus,saia masih terdiam. Padahal sejak tadi teman saia sudah berceloteh tentang pengalaman donornya dan rasa terharunya tentang kegigihan lelaki muda tersebut.
Ah ya, lelaki muda itu benar-benar gigih. Meskipun dia hanya berdua bersama istrinya di kota sebesar ini tanpa sanak saudara, meskipun kemana-mana dia harus menggunakan ojek, meskipun dia harus sabar menunggu dan menunggu tanpa pernah tahu alasan yang bisa diterimanya tentang pembatalan operasi, meskipun dia harus membayar sebagai pasien umum dan sama sekali bukan Jamkesmas dan meskipun ternyata harapan yang dibayangkannya ketika masih di kampung dulu dengan kenyataan yang dihadapannya sekarang sungguh begitu jauh berbeda.
Apapun itu, sesuatu telah mengetuk hati saia hari ini. Eventhough they've said that my heart is not better than a stone....
But I know, there's still "heart" in this Stone....

The stOne is me. anD the hearT is Mine.

THanks God for this lesson today...


^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar